BLANTERORBITv102

    Review Buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat | Mark Manson

    Minggu, 05 November 2023
    resensi sebuah seni untuk bersikap bodo amat

    Review Buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat

    Cara Tak Peduli yang Elegan

    Ruang Resensi | Mark manson merupakan seorang blogger yang memiliki dua juta lebih pembaca. Tinggal di kota New York. Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat adalah buku pertamanya. Terjual lebih dari 20 juta kopi dan diterjemahkan lebih dari 65 bahasa. Tulisan-tulisannya bisa dijumpai di markmanson.net.

    Review Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat Bab Pertama

    Di bagian awal buku ini, kita akan dikenalkan pada sosok bernama Charles Bukowski. Dia adalah orang yang sangat brengsek; pemabuk, penjudi, kasar, kikir, pemalas, tukang utang, dan seabrek sifat buruk lainnya. Herannya, dia juga seorang penyair. 

    Bukowski bercita-cita menjadi seorang penulis, tapi gagal. Tulisannya hancur, jelek, dan menjijikan. Begitu komentar penerbit terhadapnya.

    Namun, di usia 50-an tahun, ada seorang editor yang tertarik padanya dan mau memberi kesempatan. Pada akhirnya dia berhasil menulis enam novel dan ratusan puisi. Bahkan, terjual lebih dari dua juta kopi. Popularitasnya melampaui harapan semua orang. Akan tetapi, ketika dia wafat, di batu nisannya bertuliskan, "Don't try! - Jangan berusaha!"

    Bukowski sadar dirinya seorang pecundang. Keberhasilan yang diperoleh bukan karena kegigihannya untuk menjadi pemenang, melainkan rasa penerimaan terhadap dirinya dan menulis secara jujur tentangnya.

    Garis terang yang ingin dituju oleh Mark ialah Bukowski nyaman (menerima) dirinya yang dianggap gagal.

    Jangan pernah berusaha memenuhi ekspektasi orang lain, tapi jadilah diri sendiri seperti apa adanya.

    Ada tiga poin penting dalam Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat di bab ini;

    1. Menjadi nyaman saat berbeda

    Kesediaan untuk memegang nilai yang dianggap benar. Masa bodo dengan hal-hal tidak penting. Walau pilihan ini bisa membuat seseorang dipandang sebagai orang buangan, bahkan sampah masyarakat.

    2. Bodo amat terhadap yang lainnya

    Temukan sesuatu yang penting dan bermakna dalam kehidupan. Jika tidak, perhatian akan tercurah pada sesuatu yang dangkal dan tidak penting.

    Alasan di balik orang yang selalu peduli dengan hal remeh temeh, karena dia tidak punya hal yang layak untuk dipedulikan.

    3. Memilih terlalu banyak hal untuk diperhatikan

    Seseorang harus selektif terhadap sesuatu yang ingin diperhatikan. Seseorang harus bersikap dewasa; hanya peduli pada sesuatu yang berharga.

    Bab Kedua; Bahagia itu Masalah

    Orang yang hanya merasakan kebahagiaan dalam hidupnya, sama sekali tidak mengenali nilai penderitaan. Sebagaimana kisah Pangeran Tanpa Derita yang disampaikan oleh Mark dalam Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat di bab ini.

    Hidupnya hanya dilalui dengan kebahagian. Ketika menghadapi realita dan kekejaman dunia, dia langsung merasakan krisis eksistensi.

    Penderitaan adalah unsur penting dalam hidup seseorang. Rasa sakit adalah alat untuk memicu aksi. Betata pun sesorang membencinya; rasa sakit memberi manfaat; pengajaran dan pengalaman. Memberi pelajaran saat seseorang ceroboh dan sembrono. Menunjukan apa yang baik dan buruk. Membantu menaati dan memahami batasan.

    Jangan berandai-andai  tidak punya masalah. Hidup adalah rentetan masalah.

    Di akhir bab ini ada suguhan menarik dari Mark berjudul; Pilih Medan Juang Anda.

    Di awali dengan sebuah pertanyaan, Apa yang ingin Anda raih dalam kehidupan ini?

    Jika jawabannya, saya ingin bahagia, memiliki keluarga harmonis, dan pekerjaan yang nyaman. Maka, itu terlalu biasa, sudah lazim dan tidak berarti sama sekali.

    Seharusnya pertanyaannya diganti, Rasa sakit apa yang ingin Anda lalui dalam hidup ini? Sesuatu apa yang ingin Anda perjuangkan? Penderitaan seperti apa yang sanggup Anda tanggung?

    Jawaban dari pertanyaan tersebut akan menjadi penentu hidup yang akan dijalani.

    Bab Ketiga; Anda Tidak Istimewa

    Rasa percaya diri yang berlebihan bisa menghancurkan. Orang yang menganggap dirinya istimewa akan memiliki harga diri yang tinggi, sampai pada tingkat mengelabui dirinya sendiri. Berprasangka dirinya sedang berbuat hal-hal besar, padahal sama sekali tak melakukan apa-apa.

    Orang macam ini kerap berbual tentang betapa hebat dirinya, walau pada kenyataannya itu hanya omong kosong belaka.

    Kata Mark, merasa diri istimewa adalah sebuah strategi yang gagal. Perilaku tersebut memang bisa membuat diri tinggi melayang, tapi itu bukanlah kebahagiaan.

    Segelintir orang berhasil menjadi unggul dalam suatu bidang dan meraih posisi teratas bukan karena istimewa, melainkan karena mereka terus menerus memperbaiki diri.

    Review Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat dalam tiga bab awal tentu sudah memberi gambaran betapa bernilainya buku ini.

    Bab Keenam, Anda Keliru Tentang Semua Hal (Saya pun Begitu)

    Kata Mark dalam Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat h.138, banyak orang yang terobsesi untuk memiliki hidup yang benar, sampai mereka tidak benar-benar hidup. 

    Orang yang berasumsi terhadap segala sesuatu, lalu memastikan seolah-olah itu terjadi, maka dia akan termakan oleh prasangkanya sendiri. Orang seperti ini akan sulit untuk bertumbuh, bahkan terhenti.

    Maka, tidak perlu khawatir jika keliru, karena itu kesempatan untuk bertumbuh. Seseorang tidak akan pernah berubah jika tidak keliru.

    Bab Kesembilan, Dan Kemudian Anda mati ...

    Buku ini dimulai dengan ketidakpedulian lalu diakhiri dengan kematian.

    Mark menceritakan tentang Josh, teman baiknya. Kematian yang tak terduga dan tidak terkira. Siapa sangka bahwa obrolan malam itu adalah obrolan terakhir.

    "Cari tahu sendiri kebenarannya, dan aku akan menemuimu di sana." Demikian pesan Josh kepada Mark sebelum kepergiannya.

    Mark merasakan depresi yang luar biasa, kesedihannya seolah tak mampu dirangkai dengan kata. Dia menderita fisik dan batin. Hari-harinya terasa hampa.

    Pasca beberapa bulan berlalu, sampai pada suatu malam Mark bermimpi bertemu dengan Josh.

    "Kenapa kau meratapi kematianku? Sedangkan kau begitu takut menjalani hidup!" Mark terbangun dan menangis.

    Di situlah titik balik hidup Mark yang awalnya "gila" menjadi waras.

    Kematian Josh menjadi alasannya untuk melanjutkan hidup. Dia yang semula payah, lemah, tidak berambisi, dan terpasung dengan pikirian-pikiran orang lain terhadapnya, berubah menjadi pribadi yang bertanggung jawab, ingin tahu, dan pekerja keras.

    Kata Mark dalam Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat di bab akhir ini, kematian memang menakutkan, sebab itulah kita mengindarinya, tak berani memikirkannya, bahkan membicarakannya.

    Namun, di sisi lain, kematian dengan caranya yang aneh memberi sebuah nilai dan makna bagi kehidupan. Tanpa kematian, semua tak berarti, tak bernilai, tak punya apa-apa.

    Sehingga, ketika seseorang benar-benar merenungkan kematian, lenyaplah nilai-nilai buruk, rapuh, dan dangkal dalam hidupnya.

    Sebagian besar orang mengejar uang, ketenaran, dan popularitas mati-matian, tapi tidak pernah bertanya apa yang terjadi jika mereka mati? Apa yang mereka wariskan? Apa yang mereka tinggalkan? Apakah dunia masih mengenang saat dia sudah tiada?

    Kelebihan dan Kekurangan Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat

    Jika ada yang ingin diapresiasi dalam buku ini, tentu yang pertama kali adalah penerjemahnya. Selain gaya penerjemahan yang luwes dan tidak kaku, diksi-diksi yang digunakan juga sangat berterus terang. Tidak ada sensor atau penapisan sehingga mampu menyampaikan maksud dari penulis asli.

    Misal, tahi bisa saja diganti dengan kotoran, atau brengsek bisa juga diganti dengan nakal, tapi penerjemah tidak melakukannya. Semua ditulis apa adanya.

    Kedua, nilai-nilai dalam buku ini jua seharusnya membuka mata dan pikiran, serta membuat diri tersadar, bahwa tidak semua hal di dunia harus dipedulikan.

    Ada kalanya seseorang harus bersikap bodo amat terhadap hal-hal di sekelilingnya. Bukan karena tidak punya rasa simpati dan empati, melainkan hal tersebut memang tak layak untuk diberi perhatian. Waktu terlalu berharga untuk dihabiskan pada sesuatu yang remeh temeh dan tak bernilai.

    Catatan kecil pada Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat, mungkin hanya di bagian typo. Buku berlabel terlaris nomor #1 di Indonesia dan dunia, masih memiliki banyak typo di beberapa halaman. Mungkin perlu pembacaan kembali pada cetakan berikutnya.

    Quotes buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat

    Bersikap bodo amat artinya menatap tanpa gentar tantangan paling sulit dan menakutkan dalam kehidupan serta mau mengambil tindakan terhadapnya. (h. 14)
    Sebagian besar dari kita, sepanjang hidup, memberikan terlalu banyak perhatian untuk situasi yang sebenarnya tidak layak dipedulikan. (h. 14)
    Satu-satunya cara untuk mengatasi kepedihan adalah pertama-tama belajar bagaimana menanggungnya. (h. 24)
    Solusi terhadap satu masalah hanya akan menciptakan masalah berikutnya. (h. 35)
    Semakin dalam rasa sakit, semakin kita tak berdaya menghadapi permasalahan. (h. 64)
    Nilai yang kita pegang menentukan ukuran yang kita gunakan untuk mengukur diri sendiri dan orang lain. (h. 92)
    Seringkali satu-satunya perbedaan apakah suatu masalah terasa menyakitkan atau menguatkan adalah kesadaran kita memilihnya, dan kita bertanggung jawab terhadapnya. (h. 108)
    Kita tidak selalu bisa mengendalikan apa yang terjadi, tapi kita selalu bisa mengendalikan cara menafsirkannya. (h. 112)

    Inti/kesimpulan buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat: berisi pengalaman hidup Mark Manson dalam memandang permasalan hidup yang pernah dia hadapi. Serta pengajaran dalam memaknai dan menghargai waktu. Memilih sesuatu yang bernilai dan pantas untuk dipedulikan.

    Identitas Buku:

    Judul: Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat
    Judul Asli: The Suble Art of  Not Giving a Fuck
    Penulis: Mark Manson
    Penerbit: Grasindo (Gramedia Widiasarana Indonesia)
    Tahun Terbit: 2023 (Cetakan VII)
    Genre: Pengembangan diri
    ISBN: 978-602-05-2854-0

    Demikian review dari buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat. Semoga bermanfaat.




    Author

    Moera Ruqiya

    Panggil aku, Moera.