BLANTERORBITv102

    Review Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu | Tere Liye

    Selasa, 06 Juni 2023

     

    review novel rembulan tenggelam di wajahmu

    Review Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu

    Segala Sesuatu Terjadi Untuk Sebuah Alasan


    Ruang Resensi | Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu pertama kali terbit pada tahun 2009 dan sudah naik cetak ke XXIV pada tahun 2016. Hingga kini, novel tersebut masih cetak ulang. Menandakan, bahwa karya Tere Liye tidak pernah sepi peminatnya.

    Novel ini berusaha mengulik pertanyaan-pertanyaan besar dalam hidup manusia. Setiap orang pasti memiliki pertanyaan-pertanyaan dalam perjalanan yang singkat ini. Beberapa terjawab dan beberapa belum. Bahkan, tidak ditemukan sama sekali. 

    Review novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu akan menampilkan Ray, sebagai tokoh utama yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menimbulkan pergolakan dalam batin, hingga membuat seseorang mempertanyakan eksistensinya. 

    Review Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu: Sinopsis

    Ray adalah seorang pebisnis andal. Kekayaannya luar biasa. Asetnya di mana-mana. Namun, dia tak bisa menikmati semuanya sampai akhir, karena tengah sekarat di atas pembaringan; dibelit selang dan infus.

    Sebelum batas umurnya habis, seseorang dengan wajah menyenangkan datang menemuinya. Mengajak kembali ke masa lalu untuk menjawab lima pertanyaan yang selalu menghantuinya.

    Pertanyaan pertama: Dari sekian banyak panti di atas muka bumi mengapa harus panti itu?

    Alasannya membenci tempat tersebut ialah sosok penjaga panti yang munafik alias bermuka dua. Berkedok merawat anak-anak yatim, tapi sebenarnya memiliki misi pribadi dan menghalalkan segala cara untuk mencapainya.

    Jadilah tempat tersebut sebagai tempat yang paling dibenci Ray. Menjadikannya sosok pemberontak, keras kepala, dan bengal.

    Orang dengan wajah menyenangkan itu memutar momentum masa lalu. Dan di sanalah Ray berada. Di sebuah lapak judi.

    Rupanya, setelah mencuri uang pemilik panti, Ray datang ke lapak haram tersebut untuk mengadu nasib dengannya.

    Ajaibnya, seolah keberuntungan sedang berpihak padanya. Angka dadu sesuai keinginannya. Jadilah uangnya beranak pinak malam itu.

    Kemenangan tersebut membuatnya ketagihan. Esoknya, dia kembali lagi. Namun, apa hendak dinyana. Semua tak seusai harapan. Dia kalah total dan bangkrut.

    Setelah siluet itu, Ray diajak untuk melihat kisah kematian Diar--teman pantinya.

    Akibat candu judi tersebut, Ray nekat mencuri celana sopir bus yang tengah buang hajat di terminal. Dia memang berhasil dan memperoleh segepok uang. Lalu membawanya ke lapak judi. Namun, sungguh sangat disayangkan, Diar menjadi tumbal atas perbuatannya.

    Orang dengan wajah menyenangkan itu memaksa Ray untuk melihat Diar yang mandi darah dihajar massa. Namun, dirinya hanya tertunduk karena shock dan sesal.

    Kemudian, sosok Ray kecil yang lena dengan judi, lagi-lagi menikmati keberuntungannya. Usai mengantongi uang dari Sopir Bus, dirinya langsung melipatgandakan uang di tempat haram itu lagi. Sayangnya, kemenangan tersebut mengundang bala.

    Keberuntungan yang berlebihan selalu mengundang dengki (h. 63).

    Pemilik ruko yang tak senang dengan kemenangannya, menjalankan tipu muslihat.

    Ray dicekoki minuman keras sampai mabuk, hingga membuatnya lupa diri. Orang-orang sewaan pemilik ruko menghajarnya dengan pisau belati. Dia mandi darah dengan tusukan di seluruh tubuh.

    Dari dua tragedi naas ini, penjaga panti yang merasa bertanggungjawab terhadap anak asuhnya, berusaha melakukan cara terbaik agar keduanya selamat. Dan dari sinilah pertanyaan pertama Ray terjawab.

    Pertanyaan kedua: Apakah hidup ini adil?

    Setelah selamat dari korban penusukan, Ray melanjutkan hidupnya di sebuah tempat baru bernama Rumah Singgah. Di sini dia berkenalan dengan Bang Ape, Ilham, Natan, Oude dan Ouda, serta yang lainnya.

    Mulanya, dia masih enggan dan susah untuk beradaptasi. Menjadi pendiam dan penyendiri. Namun, seiring berjalan waktu, Hatinya menghangat karena keramahan terus-menerus menghujaninya. Sampai pada titik menganggap penghuni rumah singgah adalah keluarganya.

    Sayangnya, dari sinilah segala permasalahan bermula, saat Ilham diganggu oleh beberapa preman. Ray yang tak terima dengan perlakuan tersebut langsung menuntut balas. Memang, pembalasannya berhasil. Akan tetapi, semua berbuntut panjang. Imbasnya, Natan mendapatkan getahnya.

    Perkelahian yang dilakukan oleh Ray, sangat bertentangan dengan moral yang diajarkan Bang Ape sebagai penanggung jawab Rumah Singgah.

    "Berapa kali aku pernah bilang, Rumah Singgah tidak mendidik kalian menjadi preman, Ray...." Nasihat Bang Ape suatu ketika saat Ray usai menghajar beberapa preman. (h. 109)

    "... terkadang pukulan tidak mesti dibalas pukulan. Luka tidak mesti dibalas luka." (h. 110)

    Walau demikian, Ray yang berjiwa muda dan berapi-api tetap menganggap segala tindakannya untuk membela penghuni Rumah Singgah adalah benar. Hingga pada akhirnya, dia pun hengkang. Memilih tinggal di sebuah rumah sempit dekat bantaran kali berteman dengan tumpukan sampah dan bau yang tak nyaman.

    Di tempat yang sangat suram ini, membawa Ray bertemu dengan Plee, sang Pedagang Berlian. Pada fase berikutnya, dia memasuki masa-masa gelap dan kelam. Sekaligus menjawab pertanyaan keduanya.

    Orang dengan wajah menyenangkan itu terus membawa Ray menapak tilas kisah silamnya. Mengungkap rahasia-rahasia yang tersembunyi, menghubungkan potongan-potongan yang terburai. Hingga menjelma jawaban yang utuh untuk segala pertanyaannya.

    Sampai di sini, review novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu memberi sedikit gambaran tentang isi buku. Tentu, pertanyaan ketiga, keempat, dan kelima terjawab dalam episode yang tak seberapa lama tersebut.

    Baca juga Resensi Novel Hafalan Shalat Delisa | Tere Liye

    Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu: Semi Religi?

    Dalam novel ini, tampak betul usaha Tere Liye untuk memasukkan nilai-nilai Islami. Namun, di sisi lain dirinya jua seakan tak mau kalau Rembulan Tenggelam di Wajahmu dikategorikan sebagai fiksi religi.

    Seperti penamaan atau penyebutan tokoh orang berwajah menyenangkan, kebanyakan pembaca mungkin menafsirkannya sebagai malaikat. Akan tetapi Tere Liye tidak mau memakai identitas tersebut karena identik dengan hal-hal yang berbau agama.

    Demikian pula penyebutan karnaval hari raya (hal 1 atau 177). Mengapa tidak langsung menulis Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha?

    Terakhir, sosok Fitri. Perempuan yang tampaknya Tuna Susila, kemudian dipersunting oleh Ray. Dia digambarkan sebagai wanita taat yang berbakti kepada suami dan sering berucap “Bagiku kau ikhlas dengan semua yang kulakukan untukmu. Ridha atas perlakuanku padamu. Itu sudah cukup.” 

    Lalu, pada halaman 316 di antara dialog Orang berwajah menyenangkan dengan Ray, terselip “Kalimat Istri yang ketika meninggal dan suaminya ridha padanya, maka pintu-pintu surga dibukakan lebar-lebar baginya.”

    Jelas sekali bahwa dua kalimat tersebut intisari dari hadits Rasulullah yang berbunyi, “Wanita mana pun yang meninggal dunia, sedang suaminya ridha, maka dia akan masuk surga.”(Hr. Tirmidzi)

    Semakin menambah kesan, Tere Liye sangat bersungguh-sungguh menyelipkan nilai-nilai islami. Walau zhahirnya, dibuat  senatural mungkin agar tidak disebut novel Islami.

    Review Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu: Kelebihan dan Kekurangan

    Seharusnya, usai membaca novel ini membuat diri merenung. Bahwasanya, kehidupan selama enam puluh tahun adalah waktu yang sangat singkat. Dan tindakan apa pun yang dilakukan, pasti memiliki implikasi bagi orang lain ataupun lingkungan. Seperti tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Ray, berimbas pada Diar, Ilham, dan lainnya.

    Inilah salah satu kelebihan novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Isinya memiliki pesan-pesan moral yang baik, bahkan identik dengan akhlak-akhlak islami.

    Selain itu, isu-isu yang diangkat cukup menarik. Mulai dari kebobrokan panti asuhan, sisi lain terminal, kehidupan rumah singgah, pencurian barang berharga, sampai pada isu besar terkait cukong-cukong elit yang bisa melakukan tindakan apa pun untuk melancarkan bisnis mereka. Seperti membakar area pemukiman masyarakat.

    Kelebihan lainnya ialah, Tere Liye mampu memvisualisasikan arti-arti dari setiap kejadian yang dialami tokoh utama dengan cukup baik. Sehingga menjadi pesan-pesan yang menyentuh, bahkan relate dengan realita-realita yang ada. Tersimpulkan dari salah satu kalimat di h. 315, apa pun bentuk kehilangan itu, ketahuilah, cara terbaik untuk memahaminya adalah selalu dari sisi yang pergi. Bukan dari sisi yang ditinggalkan....

    Meski begitu, ada beberapa catatan untuk novel ini. Pertama, pada bagian-bagian akhir novel Rembulan Tengelam di Wajahmu ada salah satu scene yang nampak menyebalkan karena terus-menerus diulang. Sebut saja scene perempatan terkutuk.

    Setiap kali Ray melewati perempatan tersebut, dia mengutuk, menyumpah-nyumpah, dan membanting setir untuk putar balik. Dimulai pada h. 349. Kemudian, muncul lagi di h. 388, disusul pada h. 394, lalu h. 398.

    Tujuan penulis mungkin ingin menekankan seberapa bencinya Ray pada panti masa kecilnya. Di samping itu, ingin menggunakan plot twist untuk tokoh Rinai di awal chapter. Sekali dua kali mungkin tak mengapa, tapi diulang sampai empat kali nampaknya terlalu eksesif.

    Dan entah kenapa, terasa ada plot hole pada h. 177 tentang pencurian yang hebat. Pencurian itu dilakukan tepat malam karnaval hari raya--kalau tidak ingin menyebutnya idul fitri. Sedari awal tidak ada clue tentang Ramadhan atau puasa sedikit pun, sehingga terasa janggal dan begitu tiba-tiba. Atau, itu adalah malam idul adha? Tapi, Tere Liye menuliskan "malam kemenangan" yang identik dengan idul fitri bukan idul adha.

    Selanjutnya, di h. 245. Pada pertemuan Ray dengan sang gadis. Nampaknya, Tere Liye terinspirasi dari film Mohabbatein yang rilis pada tahun 2000. Entah kenapa, part itu sama persis dengan cuplikan yang ada di film tersebut.

    Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu juga tidak memiliki daftar isi. Membuat pembaca sedikit sulit jika ingin merujuk ke part-part sebelumnya. Selain itu, penggunaan kapital dalam novel ini agak berlebihan.


    Pada akhirnya, novel ini direkomendasikan pada pembaca dewasa muda penikmat fiksi dengan alur cepat. Berbumbu percintaan, perkelahian, hingga aksi menegangkan.

    Kesimpulan Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu: Mengisahkan seorang lelaki bernama Ray yang menelusuri masa lalu untuk menjawab lima pertanyaan dalam hidupnya.

    Kutipan Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu

    Keberuntungan yang berlebihan selalu mengundang dengki, h. 63.

    "... terkadang pukulan tidak mesti dibalas pukulan. Luka tidak mesti dibalas luka." (h. 110)

    Semua kehilangan itu menyakitkan, h. 315.

    Terkadang, kesunyian bisa membunuh, 398.


    Identitas Novel:

    Judul: Rembulan Tenggelam di Wajahmu
    Pengarang: Tere Liye
    Genre: Drama, Roman, Aksi
    Penerbit: Republika
    Tahun Terbit: 2009
    Tebal: 426 hlm. 20.5 x 13.5 cm
    ISBN: 978-979-1102-469


    Demikian Review Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye. semoga bermanfaat dan bisa memberi gambaran sekilas tentang novel.

    Baca juga Resensi Novel Hujan | Tere Liye


    Author

    Moera Ruqiya

    Panggil aku, Moera.