Review Man Search for Meaning
Pada paragraf pertama, Frankl mengatakan bahwa buku Man Search for Meaning tidak mengklaim sebagai buku yang memuat berbagai catatan fakta dan peristiwa, melainkan hanya sekadar pengalaman pribadi yang ditanggung oleh penulis saat berada di kamp konsentrasi.
Maka dari itu, buku ini tidak menceritakan tentang penderitaan & kematian para pahlawan dan para martir, atau berkisah tentang tokoh hebat dan heroik, melainkan sekelumit tentang pengorbanan, penyaliban, & kematian korban yang tak bernama, apalagi tercatat.
Frankl memulai kisah dengan memperkenalkan istilah "capo" kepada pembaca. Capo adalah sebutan bagi tawanan yang menjadi kaki tangan Nazi. Selain mendapat kepercayaan, mereka juga mendapat beberapa keistimewaan.
Akan tetapi, para capo ini, kadang lebih kejam & jahat daripada Nazi yang berkuasa. Bayangkan betapa kelamnya kehidupan para tawanan.
Bersama dengan 1500 tawanan, Frankl diangkut menggunakan kereta api selama beberapa hari. Keadaan gerbong-gerbong sangat sesak, karena diisi dengan 80 tawanan beserta koper-koper yang berisi harta benda; melampaui kapasitasnya. Setelah melalui perjalanan panjang beberapa hari dan malam, kereta pun melambat dan berhenti di stasiun utama. Di tengah hiruk pikuk kecemasan dan kekhawatiran, tiba-tiba terdengar suara teriakan, "Ada tanda bertuliskan Auschwitz!"
Jantung semua orang seolah berhenti berdetak, wajah-wajah berubah pucat, ketakutan menyebar ke mana-mana. Auschwitz adalah tempat yang sangat menakutkan; kamar gas, kamar pembakaran mayat, pembantaian masal.
Setelah kereta benar-benar berhenti, setiap orang diperintahkan untuk meninggalkan barang-barangnya di dalam kereta. Lalu membentuk dua barisan yang memisahkan antara laki-laki dan wanita.
Orang-orang yang dianggap layak bekerja akan masuk ke golongan kanan. Sementara orang yang sakit dan tidak bisa bekerja akan masuk ke golongan kiri, untuk dikirim ke kamp khusus, yaitu kamp pemusnahan.
Mulai dari sini, perjalanan hidup Frankl semakin sulit. Diawali dengan tempat tidur sempit yang harus dibagi delapan orang. Kepala beralaskan sepatu dan memakai kemeja lusuh hingga tidak bisa lagi disebut kemeja.
Suatu kali Frankl bekerja memperbaiki lintasan kereta api disertai badai salju dan cuaca yang buruk yang sangat dingin, kadang pula bekerja di dalam selokan yang penuh kotoran. Di lain waktu, dia bekerja di dalam hutan untuk memasang pipa saluran dengan cuaca di bawah 2 derajat fahrenheit, sedang makanannya hanyalah 350 gram roti dengan seliter sup encer. Frankl mengalami kondisi ekstrem dan dahsyat. Bahkan sampai pada tingkat kehilangan emosi. Sungguh ajaib dia bisa selamat dari tempat mengerikan itu.
Catatan-catatan Frankl
Frankl mengatakan, ini adalah reaksi wajar, karena reaksi abnormal dalam keadaan abnormal adalah reaksi yang normal.
Reaksi kedua adalah fase apatis. Rasa tidak peduli karena mengalami kematian emosi. Rasa jijik, seram, dan kasihan, perlahan akan hilang dari para tawanan. Sehingga, ketika menyaksikan tawanan lain mengalami penghukuman, mereka acuh tak acuh dan tak merasa iba. Frankl menuturkan bahwa fase kedua merupakan mekanisme pertahanan diri yang dibutuhkan karena bertujuan untuk mempertahankan hidup.
Sedang pada reaksi ketiga adalah setelah dibebaskan, para tahanan mengalami depresi dan ketidakmampuan untuk menikmati kebebasan mereka. Istilah ini disebut depersonalisasi, semua tampak tidak nyata, tidak mungkin, seolah hanya mimpi. Sehingga mereka masih bertanya-tanya, apakah mereka benar-benar sudah dibebaskan? Hal itu terjadi karena terlampau seringnya mereka dibohongi oleh harapan.
Di halaman lain, Frankl mencatat bahwa buku-buku dalam pelajaran ternyata berbohong. Dalam buku tersebut dinyatakan, bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa tidur kurang dari satu jam. Nyatanya, Frankl masih baik-baik saja ketika dihadapkan pada kondisi tersebut.
Kemudian, di kamp tawanan juga mengalami hibernasi budaya kecuali politik dan agama. Kedua topik itu tetap ada di antara hari-hari yang melelahkan, tetap tercuap di antara badan-badan ringkih yang berbalut kain lusuh.
Di kamp tawanan juga pernah diadakan acara pemanggilan roh, hingga acara kesenian. Lalu Frankl juga menuliskan, salah satu hal yang membuatnya mampu bertahan adalah rasa cintanya kepada sang istri: "Saya bahkan tidak tahu apakah dia masih hidup. Saya hanya tahu satu hal: ketika itu telah saya mengerti dengan sangat baik: bahwa cinta tidak dibatasi oleh raga dari orang yang dicintai. Dia akan menemukan makna yang lebih dalam di dalam jiwanya. Di dalam batinnya apakah dia masih hidup atau sudah meninggal, bukanlah hal yang penting."
Frankl dan Logoterapi
Logoterapi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani: logos, yang berarti "makna" atau "tujuan", dan therapeia, yang berarti "penyembuhan" atau "terapi". Secara bahasa, logoterapi berarti "penyembuhan melalui makna".
Secara istilah, logoterapi mengajarkan bahwa makna hidup adalah sumber utama motivasi. Menemukan atau menciptakan makna dapat membantu seseorang mengatasi berbagai tantangan psikologis, termasuk trauma dan penderitaan.
Teori logoterapi yang dikembangkan oleh Frankl ini berfokus pada pencarian makna hidup sebagai motivasi utama manusia. Menurutnya, bahkan dalam situasi yang paling sulit dan penderitaan yang ekstrem, manusia dapat menemukan makna hidup, dan inilah yang memberikan mereka kekuatan untuk bertahan dan berkembang.
Beberapa poin utama dalam logoterapi adalah:
- Will to meaning (pencarian makna): Frankl percaya bahwa dorongan utama manusia adalah menemukan makna hidup, bukan sekadar mencari kesenangan (seperti yang diusulkan Freud) atau kekuasaan (seperti yang diajukan oleh Adler). Setiap individu memiliki tujuan unik yang harus ditemukan.
- Tiga cara menemukan makna:
- Melalui pekerjaan atau penciptaan: seseorang dapat menemukan makna dengan menciptakan sesuatu atau mencapai tujuan tertentu.
- Melalui pengalaman atau hubungan: makna juga dapat ditemukan melalui pengalaman hidup, terutama yang melibatkan cinta atau hubungan yang mendalam.
- Melalui sikap terhadap penderitaan: ketika menghadapi situasi yang tidak bisa dihindari, seperti penderitaan atau kematian, manusia dapat menemukan makna dalam cara mereka menerima dan menghadapi penderitaan tersebut. Frankl menekankan bahwa penderitaan itu sendiri bukanlah hal yang diinginkan, tetapi bisa memberikan kesempatan untuk menemukan makna.
- Noogenic Neuroses: Frankl memperkenalkan konsep ini untuk merujuk pada jenis gangguan psikologis yang timbul bukan dari konflik emosional, tetapi dari masalah eksistensial, seperti hilangnya makna atau tujuan dalam hidup.
Dalam Man's Search for Meaning, Frankl menguatkan teorinya dengan pengalaman selama di kamp konsentrasi Nazi. Dia menemukan bahwa orang yang memiliki makna atau tujuan dalam hidup lebih mampu bertahan menghadapi penderitaan yang tak terbayangkan.
Logoterapi juga memiliki aplikasi yang luas, termasuk dalam membantu individu yang mengalami depresi, kecemasan, atau krisis eksistensial. Pendekatan ini membantu mereka menemukan makna dalam kehidupan, meskipun dalam situasi yang sulit.
Frankl merangkum teorinya dengan mengatakan: "Hidup tidak pernah berhenti memiliki makna, bahkan dalam penderitaan yang ekstrem."
Kelebihan dan Kekurangan Man Search for Meaning
Quotes dalam Man Search for Meaning
Bagian paling menyakitkan dari pukulan adalah hinaan yang menyertainya. (h. 33)
Apa pun bisa dirampas dari manusia, kecuali satu; kebebasan terakhir seorang manusia--kebebasan untuk menentukan sikap dalam setiap keadaan. Kebebasan untuk memilih jalannya sendiri. (h. 94)
Jika Hidup benar-benar memiliki makna, maka harus ada makna dalam penderitaan. Karena penderitaan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Meskipun penderitaan itu nasib dan dalam bentuk kematian. Tanpa penderitaan dan kematian, hidup manusia tidak sempurna. (h. 96)
Jika seseorang ditakdirkan untuk hidup menderita, dia harus menerima penderitaan tersebut sebagai tugasnya; tugas yang tunggal dan unik. (h. 114)
Air mata merupakan saksi dari keberanian manusia yang paling besar, yakni keberanian untuk menderita. (h. 116)
0 comments