BLANTERORBITv102

    Review Buku Keluarga Bervisi Surga | Ibnu Abdil Bari

    Senin, 05 Mei 2025
    keluarga bervisi surga

    Keluarga Bervisi Surga

    Bukan Sekadar Membangun Rumah Tangga

    Ruang Resensi | Review Buku Keluarga Bervisi Surga | Menikah adalah masa beribadah yang paling lama bagi seorang muslim. Bukan hanya melibatkan fisik dan indranya secara lahiriah, melainkan juga hati, pikiran, dan perasaannya. Maka, menentukan kriteria dan memilih calon pendamping tidak boleh dilakukan asal-asalan, apalagi sekadarnya.

    Ibnu Abdil Bari dalam buku Keluarga Bervis Surga menuliskan, "Memilih calon pendamping hidup yang baik agamanya dan mulia ahklaknya adalah surga sebelum surga, tidak hanya bagi orang tua, suami, dan istri, tapi juga bagi anak-anak." (h.12)

    Islam telah memberi rambu-rambu bagi yang ingin mencari pendamping. Selain didasarkan niat yang benar, hendaklah pendamping yang dipilih adalah yang baik agama dan ahklaknya, agar menuai kebaikan dan keberkahan.

    Untuk menegaskan hal ini, Ibnu Abdul Bari menukil kisah Sufyan bin Uyainah yang diabadikan dalam Tahdzibul Kamal oleh Al-Mizzi. Seorang laki-laki datang kepada Sufyan dan mengeluhkan istrinya yang tidak menghormatinya, merendahkannya, dan menghinakannya. Sufyan mengatakan, "Apakah dulu kamu menikahinya demi mendapat kehormatan?" Lelaki itu menjawab, "Iya."

    "Siapa yang menikah demi kehormatan, akan diuji dengan kehinaan. Siapa yang menikah demi kekayaan, akan diuji dengan kefakiran. Dan siapa yang menikah demi agama, akan dihimpun kehormatan dan harta bersama agamanya," tegas Sufyan.

    Berkata Imam Hasan al-Basri, "Nikahkanlah putrimu dengan orang yang bertakwa. Bila dia mencintainya, dia akan memuliakannya. Bila tidak menyukainya, dia tidak akan menzaliminya."

    Sungguh elok kisah Abu Darda dan Said bin Musayyib yang dinukilkan oleh Ibnu Abdul Bari dalam buku Keluarga Bervisi Surga.

    Ketika Yazid bin Muawiyah (anak Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan) datang melamar putri Abu Darda, beliau menolaknya. Dan lebih memilih pinangan lelaki biasa. Abu Darda berkata, "Kemanakah agama Abu Darda jika dia lebih memilih rumah yang menyilaukan pandangannya (dunia dan kemewahannya)?" 

    Demikian pula Said bin Musayyib yang lebih memilih muridnya menjadi menantu daripada Khalifah Abdul Malik bin Marwan.

    Dari teladan di atas, seharusnya agama dan ahklak adalah nilai mutlak yang tidak bisa ditawar dalam memilih pasangan. Anggapan bahwa agama akan baik setelah menikah adalah anggapan yang keliru. Hal itu hanya memungkinkan bila keduanya memiliki visi dan misi yang sama dalam mengejar ilmu syar'i. Bahkan, tidak mustahil yang terjadi adalah sebaliknya. 

    Pernikahan bukanlah arena percobaan. Salah memilih pasangan akan membuat hidup nelangsa berkepanjangan.

    Demikianlah beberapa nasihat yang disuguhkan Ibnu Abdul Bari dalam Keluarga Bervisi Surga di bagian pertama, sebelum mengarungi pelayaran rumah tangga. 

    Kemudian, mari maju ke tahap berikutnya. Ketika matahari pertama terbit untuk menyongsong kehidupan rumah tangga, suami istri akan merasakan denyut cinta dan bahagia yang luar biasa. Hari-hari akan terasa indah dan penuh romansa. Namun, di sisi lain, pernak pernik masalah jua akan turut menyertai. 

    Setelah menikah dan hidup selama 24 jam, suami istri akan melihat kekurangan pasangannya. Maka, dibutuhkan rasa penerimaan dan kesabaran bagi keduanya.

    Kisah Abu Utsman Sa'id bin Ismail Al Hayari adalah potret yang sangat anggun untuk dijadikan contoh dalam teladan kesabaran bersama pasangan. Sebagaimana dituliskan Ibnu Abdil Bari dalam Keluarga Bervisi Surga, Abu Utsman menikah dengan wanita buta, pincang, dan buruk rupa. Sampai keluarganya mencelanya karena hal itu. Namun, Abu Utsman tetap bersabar dengan kekurangan istrinya. Tidak menghinakannya, tidak pula menampakkan raut wajah tak suka padanya, dan justru memuliakannya.

    Kadang pula, suami istri menemui kekurangan pada sifat pasangannya. Mungkin dia sering marah, lambat, kurang perhatian, cerewet, dan seterusnya. 

    Maka Rasulullah berpesan, "Janganlah seorang mu'min membenci mu'minah (istrinya). Jika ia membenci salah satu sifatnya, bisa jadi ia menyukai sifatnya yang lain." Hr. Muslim

    Menikah adalah fase seseorang suami dan istri harus siap untuk belajar sepanjang waktu, dari hari ke hari, dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun, bahkan sepanjang hidupnya hingga tutup usia (h.83).

    Selain itu, suami istri juga harus membangun komunikasi yang baik agar terhindar dari kesalahpahaman dan konflik yang tidak seharusnya. 

    Sungguhlah syahdu malam pertama Qadhi Syuraih dengan istrinya sebagaimana dituangkan Ibnu Abdil Bari dalam Keluarga Bervisi Surga. Syuraih bercerita, "Malam telah sepi dan aku mendekati istriku, lalu meletakkan tanganku di atas ubun-ubunnya. Istriku berkata, 'Pelan-pelan wahai Abu Umayyah.' Setelah memuji Allah dan bershalawat atas Nabi, istriku melanjutkan, 'Sungguh aku adalah perempuan asing yang tidak mengenal sedikit pun tentang dirimu, maka jelaskanlah apa yang engkau sukai sehingga aku melakukannya, dan apa yang engkau benci sehingga aku menjauhinya.'"

    "Demi Allah!" kata Syuraih. "Sesungguhnya istriku memaksaku berkhutbah saat itu juga." Sehingga Syuraih menjelaskan yang dia sukai dan benci. Lalu, apa yang terjadi pada hari-hari berikutnya? Syuraih mengaku, bahwasannya selama 20 tahun dia tidak pernah mencela istrinya kecuali hanya sekali saja, dan itu pun karena kesalahan dirinya. 

    Subhanallah! Betapa luar biasanya dampak komunikasi dalam rumah tangga. Seyogianya bagi suami istri untuk berkomunikasi bila menemui masalah. Janganlah suami melakukan silent treatment dan istri mengharapkan kepekaan dari suaminya. Masalah bukannya teratasi, malah makin meruncing dan menjadi. 

    Demikianlah kelumit pelajaran-pelajaran berharga dalam buku Keluarga Bervisi Surga Ibnu Abdil Bari. Tentu masih banyak nasihat-nasihat yang megah dalam buku ini, dan sangat esensial bagi kehidupan rumah tangga; seperti kisah Mugits dan Bariroh, pentingnya rejeki halal, indahnya Asma' binti Abu Bakar yang menjaga kecemburuan suaminya, dan agungnya kisah Fatimah binti Abdul Malik istri Amirul Mu'minin Umar bin Abdul Aziz.


    Kelebihan dan Kekurangan Buku Keluarga Bervisi Surga

    Selain berisi petuah-petuah syarat makna dengan bahasa yang mudah dipahami, buku Keluarga Bervisi Surga juga bermuatan kisah-kisah yang diambil dari sumber klasik generasi salaf. Tidak hanya itu, kisah-kisah yang dicatat juga disertai dengan sumber rujukan, membuatnya bisa dilacak dan dipertanggungjawabkan. Nilai tambah lainnya ialah dalil dari Quran dan Hadits, serta poin-poin fundamental disertakan redaksi arabnya, sehingga memudahkan pembaca untuk menghafalnya.

    Apresiasi juga diberikan kepada pewajah sampul yang sudah membuat sampul eyecatching, sejuk dan teduh. Layaknya sebuah rumah yang mewujudkan surga, baiti jannati. Ada pun untuk catatan kecil buku ini ialah adanya pengulangan topik yang sama pada beberapa pembahasan tertentu, sehingga bisa memunculkan kebosanan bagi pembaca. Kemudian beberapa kisah tidak memiliki sumber atau rujukan (h. 122 & 227), nampaknya ini luput dari penulis, tapi itu tidak mengubah dan mengurangi kebermanfaatan buku ini.

    Jika ada yang bertanya buku apa yang perlu dibaca untuk persiapan menikah, maka dengan senang hati kami akan merekomendasikan buku Keluarga Bervisi Surga.

    Mutiara Buku Keluarga Bervisi Surga

    Memilih calon pendamping hidup yang baik agamanya dan mulia ahklaknya adalah surga sebelum surga. (h. 12)

    Nikahkanlah putrimu dengan orang yang bertakwa. Bila dia mencintainya, dia akan memuliakannya. Bila tidak menyukainya, dia tidak akan menzaliminya. (h. 19)

    Istri yang membahagiakan dan menyenangkan bila dipandang memiliki tiga makna; cantik penampilannya, mulia akhlaknya, rajin dalam peribadatan kepada-Nya. (h. 159)

    Demi Allah, aku tidak akan menaati suamiku ketika masih hidup. Namun mendurhakainya ketika sudah mati. (h. 225)


    Identitas buku:

    Judul: Keluarga Bervisi Surga
    Penulis: Ibnu Abdil Bari
    Penerbit: Zaduna
    Tahun terbit: Cet. IV 2022
    Tebal: 269 hal.
    ISBN: 978-623-96471-6-2
    Genre: Agama, Motivasi

    Demikianlah Review Buku Keluarga Bervisi Surga Ibnu Abdil Bari. Semoga bermanfaat.

    Author

    Moera Ruqiya

    Panggil aku, Moera.